Wednesday, December 8, 2010

Pengaruh Rokok Pada Mukosa Mulut

PENGARUH MEROKOK TERHADAP LIDAH
Pada perokok berat, merokok menyebabkan rangsangan pada papilafiliformis (tonjolan/juntai pada lidah bagian atas) sehingga menjadi lebih panjang (hipertropi). Disini hasil pembakaran rokok yang berwarna hitam kecoklatan mudah dideposit, sehingga perokok sukar merasakan rasa pahit, asin, dan manis, karena rusaknya ujung sensoris dari alat perasa (tastebuds).

PENGARUH MEROKOK TERHADAP GUSI, MUKOSA PIPI, DAN PALATUM
Jumlah karang gigi pada perokok cenderung lebih banyak daripada yang bukan perokok. Karang gigi yang tidak dibersihkan dapat menimbulkan berbagai keluhan seperti gingivitis atau gusi berdarah. Disamping itu hasil pembakaran rokok dapat menyebabkan gangguan sirkulasi peredaran darah ke gusi sehingga mudah terjangkit penyakit.
Daerah-daerah ini juga dapat terjadi perubahan warna. Akan terlihat seperti bercak coklat dengan ukuran berbeda-beda, bahkan pada gusi dapat menjadi suatu garis yang memanjang, gelap. Warna mulai dari coklat muda hingga tua, tergantung dari banyaknya tembakau yang dihisap. Keadaan ini bukan hal yang normal.

PENEBALAN MUKOSA AKOBAT MEROKOK 
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab Leukoplakia yaitu suatu bercak putih atau plak pada mukosa mulut yang tidak dapat dihapus. Hal ini bisa dijumpai pada usia 30-70 tahun yang mayoritas penderitanya pria terutama yang perokok. Menurut penelitian Silverman dari semua kasus Leukoplakia 95% adalah perokok.
Iritasi yang terus menerus dari hasil pembakaran tembakau menyebabkan penebalan pada jaringan mukosa mulut. Sebelum gejala klinis terlihat, iritasi dari asap tembakau ini menyerang sel-sel epitel mukosa sehingga aktifitasnya meningkat. Gejala ini baru terlihat bila aktifitas selluler bertambah dan epitel menjadi tebal, terutama tampak pada mukosa bukal (mukosa yang menghadap pipi) dan pada dasar mulut. Perubahan mukosa mulut terlihat sebagai bercak putih. Bercak putih tersebut mungkin disebabkan karena epitel yang tebal jenuh dengan saliva (air ludah). Para ahli mengatakan bahwa leukoplakia merupakan lesi pra-ganas di dalam mulut. Perubahan leukoplakia menjadi ganas 3-6%.

NODA ATAU STAIN KARENA TEMBAKAU
Gigi dapat berubah warna karena tembakau. Pada mulanya noda ini dianggap disebabkan oleh nikotin, tetapi sebetulnya adalah hasil pembakaran tembakau yang berupa ter. Nikotin sendiri tidak berwarna dan mudah larut. Shafer dan kawan-kawan mengatakan bahwa warna coklat terjadi pada perokok biasa, sedang warna hitam terjadi pada perokok yang menggunakan pipa. Noda-noda tersebut mudah dibersihkan karena hanya terdapat di dataran luar gigi. Tetapi pada orang yang merokok selama hidupnya, noda tersebut dapat masuk ke lapisan email gigi bagian superficial dan sukar untuk dihilangkan.
Kebiasaan merokok sangat mempengaruhi kesehatan mulut terutama perubahan mukosa (selaput lendir). Kebanyakan, kanker di dalam mulut dimulai dengan perubahan mukosa. Perubahan ini tidak menimbulkan rasa sakit (lesi pra-ganas) sehingga tidak diperhatikan sampai keadaan menjadi lanjut. Oleh karena itu jika terdapat bercak putih, sedini mungkin datang ke dokter gigi.
Secara umum kita mengetahui rokok yang ada di Indonesia ada 2 jenis, rokok dengan filter dan tanpa filter ( lebih dikenal dengan rokok kretek). Rokok tanpa filter cenderung lebih cepat merubah warna gigi dari pada rokok dengan filter.

Sekarang mari kita ikuti jejak asap rokok kenapa begitu banyak organ" tubuh yang dirugikan. Saat kita menghisap rokok asap yang keluar dari sebatang rokok menuju rongga mulut, beberapa detik asap rokok dengan jutaan zat" kimia berada dalam rongga mulut dan mempengaruhi jaringan dan organ yang ada dalam rongga mulut termasuk gigi itu sendiri. Asap panas yang berhembus terus menerus ke dalam rongga mulut merupakan rangsangan panas yang menyebabkan perubahan aliran darah dan mengurangi pengeluaran ludah. Akibatnya rongga mulut menjadi kering dan lebih an-aerob (suasana bebas zat asam) sehingga memberikan lingkungan yang sesuai untuk tumbuhnya bakteri an-aerob dalam plak. Dengan sendirinya perokok beresiko lebih besar terinfeksi bakteri penyebab penyakit jaringan pendukung gigi dibandingkan mereka yang perokok.

Gusi seorang perokok juga cenderung mengalami penebalan lapisan tanduk. Daerah yang mengalami penebalan ini terlihat lebih kasar dibandingkan jaringan di sekitarnya dan berkurang kekenyalannya. Penyempitan pembuluh darah yang disebabkan nikotin mengakibatkan berkurangnya aliran darah di gusi sehingga meningkatkan kecenderungan timbulnya penyakit gusi.

Tar dalam asap rokok juga memperbesar peluang terjadinya radang gusi, yaitu penyakit gusi yang paling sering terjadi disebabkan oleh plak bakteri dan factor lain yang dapat menyebabkan bertumpuknya plak di sekitar gusi. Tar dapat diendapkan pada permukaan gigi dan akar gigi sehingga permukaan ini menjadi kasar dan mempermudah perlekatan plak. Dari perbedaan penelitian yang telah dilakukan plak dan karang gigi lebih banyak terbentuk pada rongga mulut perokok dibandingkan bukan perokok. Penyakit jaringan pendukung gigi yang parah, kerusakan tulang penyokong gigi dan tanggalnya gigi lebih banyak terjadi pada perokok daripada bukan perokok. Pada perawatan penyakit jaringan pendukund gigi pasien perokok memerlukan perawatan yang lebih luas dan lebih lanjut. Padahal pada pasien bukan perokok dan pada keadaan yang sama cukup hanya dilakukan perawatan standar seperti pembersihan plak dan karang gigi.

Keparahan penyakit yang timbul dari tingkat sedang hingga lanjut berhubungan langsung dengan banyaknya rokok yang diisap setiap hari berapa lama atau berapa tahun seseorang menjadi perokok dan status merokok itu sendiri, apakah masih merokok hingga sekarang atau sudah berhenti.
Nikotin berperan dalam memulai terjadinya penyakit jaringan pendukung gigi karena nikotin dapat diserap oleh jaringan lunak rongga mulut termasuk gusi melalui aliran darah dan perlekatan gusi pada permukaan gigi dan akar. Nikotin dapat ditemukan pada permukaan akar gigi dan hasil metabolitnya yakni kontinin dapat ditemukan pada cairan gusi.


 Perubahan vaskularisasi
Perubahan vaskularisasi pada perokok, disebabkan terjadinya iritasi kronis dan perubahan panas pada mukosa dan gingiva. Zat dalam asap rokok yang terabsorbsi melalui mukosa mulut dapat mengikuti aliran darah sehingga menyebabkan terganggunya mikrosirkulasi periodonsium.1
Bergstrom,dkk dalam penelitiannya melaporkan bahwa terjadinya pendarahan gingiva yang sedikit pada perokok dibandingkan bukan perokok. Pada probing tidak dijumpainya perdarahan gingiva pada perokok, namun tidak diikuti dengan penurunan indeks plak dan gingiva serta penyakit periodontal lainnya.3 Nikotin yang ada didalam darah dapat merangsang ganglia simpatik untuk memproduksi neurotransmitter dan katekolamin. Sehingga dapat mempengaruhi α-reseptor pada pembuluh darah dan mengakibatkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah pada periodonsium. Hal ini dapat menyebabkan menurunya pasokan darah ke gingiva sehingga mempengaruhi revaskularisasi dan aktifitas sel-sel pada periodonsium


Perubahan fungsi netrofil
Sel netrofil adalah pertahanan utama apabila terjadi respon infeksi yang disebabkan bakteri. Kandungan nikotin pada rokok dapat menurunkan fungsi netrofil dalam proses kemotaksis serta fagositosis sel melawan respon inflamasi. Nikotin dalam asap rokok dapat menghalangi produksi superoxide dan hidrogen peroksida dalam menguatkan sel netrofil terhadap respon inflamasi yang disebabkan bakteri.1,2 Alani, dkk dalam penelitiannya menyatakan terjadinya penurunan komposisi antibodi saliva serta netrofil pada rongga mulut perokok dengan penyakit periodontitis. Studi mereka menunjukkan bahwa tingginya infeksi penyakit periodontal pada perokok dikarenakan penurunan fungsi netrofil

Berkurangnya produktifitas serum Imunnologi G
Serum imunnoglobulin G pada saliva diproduksi untuk memperkuat respon imun terhadap serotype-karbohidrat spesifik yang disekresikan oleh bakteri yang dapat menyebabkan penyakit periodonsium. Kandungan nikotin pada rokok, dapat menurunkan respon antibodi dalam memproduksi sistem imun. Pada seorang perokok terlihat berkurangnya level produktifitas IgG terutama level subklas serum IgG2 saliva. Serum inilah yang memegang peran penting dalam memperkuat respon imun dalam melawan serotype-karbohidrat yang spesifik yang disekresikan oleh sel bakteri, terutama Prevotella intermedia, Fusobacterium nucleatum dan Actinobacilus actinomycetecomitans.2,4

Berkurangnya proliferasi limfosit
 Ada tiga tipe sel limposit yaitu: limposit T; berasal dari organ timus dan berperan pada imunitas diperantarai sel, limposit B; berasal dari hati, limpa, dan sumsum tulang, merupakan prekursor sel plasma dan berperan pada imunitas humoral; dan sel natural killer (sel NK) dan sel killer (sel K) sebagai eliminator sel yang telah dirusak oleh infeksi. Kemampuan nikotin untuk menurunkan proliverasi limfosit T dan B dapat mengakibatkan menurunnya produktifitas antibodi protektif dalam memperkuat sistem imunitas pada periodonsium. Sehingga dapat mempengaruhi sistem imunitas melawan respon inflamasi.2,4

 Pengaruh negatif lokal dari sitokin dan produktifitasnya
Pengaruh merokok dapat menyebabkan terganggunya aktifitas mikrosirkulasi cairan krevikular gingiva. Studi menunjukkan level dari TNF-α dan peningkatan IL-1α dan IL-1β dan enzim elastase dalam cairan sulkus gingiva saat dibandingkan antara perokok dan bukan perokok. Penelitian ini menunjukkan adanya level yang lebih rendah dari sitokin, enzim dan mungkin Polymorphonuclear leukocytes (PMNs). Hal ini berkolerasi dan dapat diobservasi secara klinis dalam jaringan. Selain itu, ada bukti yang menunjukkan pengaruh sinergis terjadinya mediator imflamatori ketika bakteri lipopolysacharide dikombinasikan dengan nikotin. Terganggunya produktifitas dari sitokin, berdampak pada penurunan imunitas seluler dan komponen humoral pada sistem imunitas periodonsium. Sehingga berpengaruh besar terhadap proses penyembuhan setelah perawatan bedah maupun non-bedah dalam perawatan periodontal.1,2,3

Perubahan fungsi dan perlekatan jaringan fibroblas
Nikotin dapat melekat pada permukaan akar gigi pada perokok, dan berdasarkan studi in vitro menunjukkan terjadinya perubahan perlekatan fibrolas dan menurunkan produksi dari kolagen tipe1 dan fibronektin ketika peningkatkan aktivitas dari produktifitas kolagenase. Perubahan selular juga terjadi terhadap pemecahan orientasi sel, perubahan sitokeleton, munculnya vakuola dengan ukuran besar dan menurunnya kemampuan sel jaringan ikat untuk mensintesa kolagen.1
Pertumbuhan dan perlekatan jaringan fibroblas ligamen periodontal pada lapisan jaringan yang terlindungi juga dapat dihalangi oleh konsentrasi nikotin yang tinggi (diatas 1mg/ml) tetapi tidak dipengaruhi perbedaan konsentrasi pada level plasma seorang perokok. Menurut Giannopovlou, dkk, konsentrasi nikotin yang tinggi (100ng/ml sampai 25μg/ml) dapat menjadi racun serta menghalangi proses proliferasi jaringan fibroblas. Hal ini juga menunjukkan proliferasi sel ligamen periodontal dan sintesis protein dapat dihambat dengan dosis yang bergantung pada ketinggian nikotin. Menurunnya perlekatan sel terhadap permukaan akar dapat menyebabkan berkurangnya level perlekatan ligamen p­eriodontal pada perokok

Thursday, December 2, 2010

Tumbuh Kembang Kraniofasial Prenatal - modul 303

1.      Bagaimana proses terbentuknya bibir intra uterin (IU)? Jelaskan proses-proses terkait dan waktu pembentukannya.

dimulai pada minggu ke-3 intra uterin. Mula-mula masih terbentuk tube dan terdiri dari 3 unsur yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm/entoderm.
Pertumbuhan dan perkembangan oral / mulut dimulai dengan proses invaginasi lapisan ectoderm di bagian caudal dan Processus Prontonasalis dan disebut Stomodeum = Primitive Oral Cavry. Di samping itu terjadi pula proses invaginasi pada lapisan endoderm yang disebut Primitive Digestive Tract. Selanjutnya POC dan PDT saling mendekat hingga bertemu pada membran yang tipis disebut : Membrana Bucco Pharyngeal. Membran tersebut akhirnya pecah dan terjadilah hubungan yang sempurna antara POC dan PDT.

Pertumbuhan dan Perkembangan Branchial Apparatus
Selain proses tersebut terjadi pula pula proses pertumbuhan dan perkembangan pembentukan Branchial Apparatus, yaitu terdiri dari :
A. Branchial Archess (lengkungan)
B. Branchial Pouches (Konjungsi)
C. Branchial Grooves (Celah)
D. Branchial Membrane (Selaput)

Mula-mula dibentu Branchial Arch I / Pharyngeal Arch I, kemudian dibentuk Branchial Arch I hingga IV, namun Branchial Arch V rudimenter / hilang sehingga Branchial Arch IV bergabung dengan Branchial IV. Dari Branchial Apparatus inilah akan dibentuk organ-organ, rahang atas, rahang bawah, lidah larynx, pharynx, os hyoid, otot-otot wajah, ligamentum, arteri, vena, nervus, dll.

Pertumbuhan dan Perkembangan Branchial Pouches
Yang pertama dibentuk adalah:
Cavum tympanica
Antrum Mastoideum Telinga tengah
Tuba Eustachii

Lalu lapisan Endoderm berdiferensiasi membentuk Tonsila Palatina dan Fossa Supratonsilaris. Bagian Dorsal berdirensiasi membentuk glandula parathyroid inferior lalu bermigrasi kea rah dorsal glandula thyroid. Sedangkan bagian ventral berdiferensiasi membentuk primordial glandula thymus kemudian bermigrasi kea rah Caudal & Medial selanjutnya bagian kanan & kiri berfusi membentuk glandula thymus.

Bagian dorsal berdirensiasi membentuk glandula parathyroid superior kemudian bermigrasi ke dorsal glandula thyroid. Bagian ventral berdiferensiasi membentuk ultimo branchial body lalu bermigrasi dan berfusi dengan glandula thyroid.

Pertumbuhan dan Perkembangan Branchial Groove

Branchial Groove I akan membentuk meatus acusticus externus, sedangkan Branchial Groove yang lain akan hilang sehinga leher rata.

Pertumbuhan dan Perkembangan Branchial Membrane
Branchial Membrane I akan membentuk membrane tympanica sedangkan branchial membrane yang lain menghilang.

Pertumbuhan dan Perkembangan Fasial (Muka)
Pertumbuhan dasn perkembangan fasial (muka) berasal dari 5 buah Fasial Promordia, yaitu :
 Sebuah tonjolan Processus Fronto Nasalis di atas Stomodeum  Sepasang tonjolan Processus Maxillaris yang berasal dari Branchial Arch I, terlet,ak di Cranio Lateral Stomodeum.  Sepasang tonjolan Processus Mandibularis yang juga berasal dari Branchial Arch I, terletak di Caudal Stomodeum.

Pertumbuhan dan Perkembangan Processus Fronto Nasalis

Dimulai pada minggu ke-4 i.u. sebagai dua buah penebalan ectoderm yang terletak di latero processus fronto dan di atas stomodeumm disebut Nasal Placode. Setelah embrio berumur 5 minggu i.u., terjadi lagi dua buah penonjolan yang mengelilingi Nasal Placoda yang berbentuk tapal kudas yang disebut :
 Processus Nasalis Medialis (medial)  Processus Nasalis lateralis (lateral)

Selanjutnya Nasal Placoda akan menjadi dasar lekukan ke dalam dan membentuk Nasal Pit yang nantinya akan merupakan lubang hidung atau Nostril. Sedangkan kedua Processus nasalis medialis akan berfusi membentuk intermaxillary segment. Intermaxillary segmente akan mengalami pertumbuhan dasn pertumbuhan perkembangan dalam 2 arah yaitu :

 Ke arah caudal → akan membentuik Phitrum  Ke arah medial → akan membentuk  Septum nasi  Palatum Primer (processus palatinus medialis)  Premaxilla (yaitu tulang rahange atas bagian tengah yang menunjang gigi-gigi
Sedangkan processus nasalis lateralis akan membentuk Ala Nasi (yang akan dipisahkan dari processus maxillaries oleh sulcus naso lacrimalis).

Pertumbuhan dan Perkembangan Cavum Nasi

Dimulai pada embrio umur kurang dari 6 minggu i.u., sebagai proses invaginasi pada nasal placode sebagai dasar lekukannya. Mula-mula dibentuk nasal pit, kemudian lekukan semakin meluas membentuk Saccus Nasalis. Soccus nasalis ini masih belum berhubungan dengan cavum oris karena masih dipisahkan oleh membrane oro nasal. Setelah embrio berusia 7 minggu itu., membrane oro nasal pecah, hingga terjadilah hubunan antara Cavum Nasi dan Cavum oris. Batas hubungan Cabum Nasi dan Cavum oris di belakang Palatum Primer disebut Primitive Choanae.5
Selain proses tersebut di atas, pada dinding Cavum Nasi terbentuk pula tonjolan-tonjolan yang disebut :
 Concha Nasalis Superior  Concha Nasalisi Medius  Concha Nasalis Inferior

Dan dinding epitel atas Cavum Nasi (lapisan ectoderm) juga mengalami diferensiasi membentuk serabu-serabu syafaf N, Olfaccorlus. Setelah palatun sekunder kanan dan kiri selesai berfusi dengan septum nasi, maka terbentuklah Cavum Nasi yang sempurna. Dengan demikian batas hubungan Cavum Nasi dan Cavum Orls kini di belakang palatum sekunder dan disebut Definitive Chonchae.

Pertumbuhan dan Perkembangan Tulang Rahang Atas
Tulang rahang atas (os maxilla) berasal dari Branchial Arch I bagian atas. Disebut pula Processus Maxillaris. Pusat ossifikasi terletak pasda percabangan N. infra orbitalis menjadi N. alveolaris superior anterior dan N. alveolaris superior medius. Kemudian proses ossifikasinya berlanjut mula-mula ke arah posterior membentuk Processus Zygomaticus Ossis Maxillaris, kemudian ke arah Caudal membentuk Processus Alveolaris Ossis Maxillaris dan ke arah medial membentuk Processus Palatinus Ossis Maxillaris. Selama proses pertumbuhan dan perkembangan tersebut, di bagian pusat ossifikasinya membentuk Corpus Maxillia, hingga terbentuklah Os Maxilla yang lengkap.


          2. Jelaskan proses terbentuknya lidah
Pertumbuhan dan perkembangan lidah dimulai pada akhir minggu ke-4. Mula-mula dibentuk sebuah tonjolan di dasar pharynx, anterior foramen caecum disebut : Tuberculum Impar. Kemudian dibentuk pula 2 tonjolan di daerah lateral dari Tuberculum Impar, disebut : Tonjolan Lateral Lidah. Ketiga tonjolan tersebut berasal dari Branchial Arch I.
Kemudian tonjolan lateral lidah berfusi membentuk 2/3 anterior lidah dengan garis fusi pada:
 Sulcus lingualis media (luar)  Septum lingual (dalam)
Sulkus terminalis berbentuk V, yang aspeknya adalah foramen caecum, memisahkan tubuh lidah bergerak dari akarnya yang cekat. Garis sulkus terminalis ditandai dengan 8-12 papila circumvalatate yang terbentuk pada bulan II –IV IU

Pertumbuhan dan perkembangan Papilla dan Taste Buds pada Lidah
Mula-mula dibentuk papilla filiformis tanpa ada induksi syaraf sehingga tidak ada taste buds. Saat umur 54 hari dibentuk Papilla Circum Vallatae, lalu Papilla Foliatae Fungiformis yang diinduksi oleh chorda tympani (N. VII). Ketiganya terdapat taste buds.

Lidah umumnya bertambah panjang, lebar, dan tebal 2 kali lipat antara lahir dan masa remaja, mencapai ukuran max pada usia 8 tahun. Pada tahap awal, pertumbuhan cenderung lebih besar dari ukuran mulut, mencerminkan peran awalnya, yaitu menghisap.


       3. Jelaskan proses terbentuknya palatum
Pertumbuhan dan Perkembangan palatum terjadi melalui beberapa tahap :
Palatum Primer (Processus Palatinus Medialis)
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa palatum primer dibentuk oleh Intermaxillary Segment (fusi dari processus nasalis medialis) yang berkembang ke arah medial dan caudal membentuk Palatum primer,septum nasi, premaxilla (tulang rahang atas yang menunjang gigi , philtrum (alur vertical pada bagian tengah bibir atas).

Palatum Sekunder (Processus palatines lateralis)
Palatum sekunder (processus palatines lateralis) berasal dari processus maxillaries. Mula-mula palatum sekunder berkembang ke arah bawah karena masih adanya lidah embrional. Namun setelah rahang bawah (os mandibula) berkembang, maka ruang bertambah besar, sehingga lidah turun ke bawah. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan palatum sekunder dapat berkembang ke arah mid line dan berfusi. Selain itu septum nasi juga mengadakan fusi tangan kedua palatum sekunder (kanan dan kiri).
Pertumbuhan dan Perkembangan Selanjutnya dari Paltum Sekunder
1. Dorsal palatum primer
Terjadi proses ossifikasi disebut : Processus Palatinus Ossis Maxillaris
2. Dorsal ad.1
Terjadi pula ossifikasi disebut Os Palatinum
3. Dorsal ad.2
Pertumbuhan dan perkembangan pada dorsal ad.2 tidak mengalami proses ossifikasi, disebut : Palatum Molle dan Uvulia


       4. Bagaimana peranan gizi selama kehamilan? Jelaskan pula akibat kekurangan gizi dan vitamin selama prenatal
Nutrisi penting
Ketika Ibu hamil, beberapa nutrisi memegang peranan yang sangat penting untuk perkembangan bayi Ibu. Di bawah, Ibu akan menemukan nutrisi-nutrisi tersebut, lengkap dengan penjelasannya dan dimana mereka bisa ditemukan.

Asam Folat
Asam Folat atau Folic Acid membantu mengurangi resiko bayi lahir dengan cacat seperti kelainan tulang belakang atau spina bifida. Asam Folat dapat ditemukan di brokoli, kol, kacang-kacangan, dan jeruk. Penuhi asupan Asam Folat Ibu hingga kehamilan 12 minggu.

Zat besi dan Vitamin C
Zat besi dibutuhkan untuk membawa tambahan oksigen dalam sel-sel darah merah Ibu. Ini penting untuk perkembangan otak bayi Ibu.

Kekurangan zat besi juga membuka peluang terjadinya anemia atau kurang darah. Ibu menjadi mudah lelah, lesu, dan pucat.  Asupan zat besi bisa di dapat dari daging merah, ikan, telur, buah kering, biji-bijian, sereal, roti, dan sayuran berdaun hijau.  Atau Ibu bisa meminta suplemen zat besi bila perlu. Jangan lupa untuk mengkonsumsi vitamin C yang membantu penyerapan zat besi oleh tubuh.
 
Lemak Omega (omega fats)
Asam lemak omega 3 penting untuk membantu perkembangan sistim syaraf bayi Ibu. Untuk Ibu, dia berguna mencegah penyakit jantung. 

Sebuah penelitian menyatakan bahwa konsumsi lemak omega 3 selama hamil, akan membuat bayi cerdas. 

Ikan berminyak seperti sarden, mackerel dan salmon merupakan sumber  asam lemak omega 3.

Jangan khawatir, selain ikan-ikan itu, biji-bijian seperti biji labu kuning dan biji bunga mataharin (kuaci) juga mengandung lemak omega 3.

Vitamin tambahan selama Hamil
Ibu mungkin membutuhkan vitamin selama hamil. Tanyakan pada dokter vitamin tambahan apa yang aman untuk ibu konsumsi selama hamil. Vitamin  Ini akan membantu memenuhi kebutuhan gizi Ibu selama kehamilan.

Vitamin-vitamin yang harus dihindari selama kehamilan
Vitamin A
Makanan seperti hati, mungkin sumber zat besi yang baik, tapi juga  mengandung konsentrasi vitamin A yang sangat tinggi yang berbahaya bagi bayi Ibu bila dikonsumsi dalam jumlah yang banyak. Jadi, hati-hati bila mengkonsumsi suplemen vitamin dengan kandungan vitamin yang tinggi. Akan tetapi ada jenis Vitamin A atau carotene yang baik untuk kehamilan. Ini terdapat antara lain dalam cabe merah, kuning dan oranye, mangga, wortel, ubi, aprikot, dan tomat.


          5. Jelaskan proses terbentuknya mandibula dan sendi temporomandibular
Tulang rahang bawah (os mandibula) berasal dari Branchial Arch I bawah atau mandibulaj Arch dan disebut pula Processus Mandubularis. Mula-mula dibentuk tulang rawan Meckel di bagian lingual Processus Mandibularis. Pertumbuhan dan perkembangan tulang Meckel ini berada dekat dengan pembentukan N. Mandibularis. Pada saat N. Mandibularis dibentuk mencapai 1/3 dorsal tulang rawan Meckel, kemudian bercabang menjadi N. Alveolaris inferior ke arah anterior dan bercabang lagi menjadi N.Mentalis dan N. Incisivus. Di Tempat lateral percabangan inilah jaringan ikat pada fibrosa mengalami ossifikasi (minggu ke-7). Pusat ossifikasinya sekitar for. Mentale. Kemudian pertumbuhan dan perkembangan posterior membentuk rumus mandibulae hingga terbentuk mandibula hingga terbentuk mandibula yang lengkap, sedang tulang rawan Meckle menghilang.

Pertumbuhan dan Perkembangan Temoro Mandibular Joint
Mula-mula os temporalis masih terpisah jauh dari os mandibula. Setelah pertumbuhan conovius mandibula jaringan, dibentuk jaringan ikat padat yang tipis disebut Discus Articularis. Selanjutnya Tuberculum Articulare baru tampak pada saat lahir. Bentuknya khas setelah pembentukan gigi sulung